Renungan Harian: Selasa, 19 Maret 2024 - Bau Tidak Enak
Selasa, 19 Maret 2024

Bau Tidak Enak

Bacaan Alkitab: Efesus 4:1-5, 25-31

Pada suatu pagi ketika baru bangun tidur, anak saya Laras bangun kemudian menghampiri saya yang sedang duduk. Ia langsung berlari dan duduk di pangkuan saya. Saya memeluknya, mengecup kepalanya dengan lembut, dan ia pun tersipu malu dengan senang. Namun, kemudian ia mengernyit, mengerutkan hidung, dan menatap saya dengan pandangan menuduh. "Ayah,” katanya serius. "Aku sayang Ayah, aku suka Ayah, tapi Ayah kok bau ya? Aku tidak suka bau Ayah.”

Putri saya mungkin tidak sadar, tetapi ia berbicara dengan lemah lembut dan bahwa perkataannya benar. Ia tidak ingin melukai perasaan saya, tetapi merasa harus memberitahukan sesuatu kepada saya. 

Bukankah itu pula yang terkadang perlu kita lakukan terhadap orang lain yang berhubungan dengan kita?

Dalam Efesus 4, Rasul Paulus menyoroti bagaimana kita sepatutnya berhubungan dengan orang lain—terutama ketika menyampaikan kebenaran yang tidak mengenakkan. “Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu” (ay. 2). Sikap yang rendah hati, lemah lembut, dan sabar perlu menjadi dasar dari hubungan kita. Memupuk karakter-karakter tersebut seturut dengan tuntunan Allah akan menolong kita untuk “menyatakan hal-hal yang benar dengan hati penuh kasih” (ay. 15 BIS) dan berusaha menyampaikan “perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu” (ay. 29).

Saya teringat mendiang almarhum Bapak mertua saya, beliau adalah orang yang sangat berhati-hati ketika berbicara terutama ketika mengkritik atau menyatakan pendapat untuk lawan bicaranya, terlebih kepada saya. Mungkin selama beliau hidup ada beberapa hal yang beliau tidak suka dengan saya, tapi ketika menyampaikan sesuatu kepada saya, saya bisa tau betapa dia sangat berhati-hati untuk tidak melukai perasaan saya, contohnya : Mas Candra coba olahraga, biar tidak terlalu gemuk, dll. Saya berusaha meresponnya dengan kepala dingin, tidak marah, karena apa yang dikatannya benar, walaupun sebenarnya saya jarang olahraga karena mencari uang untuk kesejahteraan keluarga saya.

Tak seorang pun suka dihadapkan pada kelemahan dan kekurangan dirinya. Namun, ketika ada sesuatu pada diri kita yang “berbau tidak enak”, Allah dapat memakai sahabat-sahabat kita yang setia untuk menyampaikan kebenaran kepada kita dengan cara yang baik, jujur, rendah hati, dan lemah lembut. Andakah sahabat yang mau menyampaikan kebenaran kepada orang lain? Atau, bagaimanakah sikap kita saat berhadapan dengan kebenaran yang disampaikan orang lain? Keduanya memerlukan kerendah-hatian.


Baik si pendengar maupun yang menyampaikan kebenaran
Perlu rendah hati untuk menyikapinya dengan bijak